Perlon Unggahan Bonokeling

Jumat, 11 Mei 2018 | 9715 Kali
Perlon Unggahan Bonokeling

Jatilawang - Jum’at 11 Mei 2018 kurang lebih 1.171 Anak Putu Bonokeling melaksanakan Perlon Unggahan Bonokeling di desa Pekuncen kecamatan Jatilawang, perlon unggahan bonokeling merupakan sebuah tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilaksanakan oleh anak putu bonokeling pada jum’at terakhir bulan sadran yaitu ritual ziarah dan membersihkan makam Leluhur Bonokeling.

Anak Putu atau keturunan Bonokeling tersebar di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap, dalam prosesi perlon unggahan bonokeling anak putu bonokeling berkumpul di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang, Anak Putu Bonokeling yang tinggal di wilayah Cilacap datang dengan berjalan kaki serta membawa hasil bumi sebagai napak tilas leluhur dalam menyebarkan ajaran mereka , sesampainya di Desa Pekuncen mereka disambut oleh Anak Putu yang tinggal di Desa Pekuncen.

Ketika semua anak putu Bonokeling telah berkumpul maka pada Kamis malam mereka melanjutkan prosesi “pisowanan” atau pertemuan dengan juru kunci makam Bonokeling dan para sesepuh keturunan Kyai Bonokeling di Bale Agung, dan dilanjutkan kegiatan “muji” atau dzikir. Prosesi ini dimaksudkan sebagai wujud permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, peserta diharuskan memakai pakaian adat yaitu baju hitam, memakai kain / jarit dan menggunakan ikat kepala serta tidak boleh menggunakan alas kaki acara Muji berlangsung dari malam hari sampai dengan dini hari.

Pada hari Jum’at dilanjutkan dengan masak besar yang dilakukan oleh Anak Putu Laki-laki dengan menyembelih hewan ternak yang memang di sediakan untuk acara ini, untuk tahun ini tersedia 2 ekor sapi 28 ekor kambing dan puluhan ekor ayam, hewan ternak merupakan Swadaya dari Anak Putu Bonokeling.

Prosesi Ziarah Makam Leluhur dilakukan pada hari Jum’at dan hanya boleh dilaksanakan oleh anggota anak putu Bonokeling bahkan masyarakat di luar Anak Putu Bonokeling dilarang untuk masuk ke dalam Area Makam bahkan apabila memaksa dapat dikenai hukum adat. diawalai dengan barisan ratusan perempuan keturunan Bonokeing berbalut kemben dengan selendang putih berbahan kain lawon masuk secara perlahan dan tertib menuju pintu gerbang makam eyang Kyai Bonokeling, mereka membasuh tangan, kaki, dan wajah sambil mengucap mantra dan doa, kemudian bersimpuh sambil mengatupkan kedua telapak tangan dan mengangkatnya setinggi kening di kepala untuk menhaturkan hormat di depan makam.

Kaum wanita sengaja didahulukan memasuki kompleks makam karena dalam kepercayaan Bonokeling. Bagi para penganut kepercayaan Bonokeling, wanita merupakan perwujudan ibu bumi yang menghasilkan keturunan anak cucu pengikut Bonokeling hingga saat ini. Oleh sebab itu, kedudukan wanita dalam kepercayaan kejawen kuno ini sangat lah dihormati. Sedangkan kaum pria baru menyusul saat sore hari sambil membawa makanan yang telah dimasak pagi harinya menuju kedalam pusara makam.

Lima ajaran kehidupan Bonokeling bagi pengikutnya  :

  1. Monembah yang artinya manusia harus melaksanakanibadah dan menyembah kepada Tuhan sesuai keyakinan masing-masing.
  2. Moguru artinya Patuh pada Orang Tua,
  3. Mongabdi Saling menghargai dan berkerjasama dengan sesama manusia,
  4. Makaryo yang berarti berkerja untuk panghasilan sebagai penunjnag kehidupan di dunia
  5. Ages manunggaling kawula Gusti, Setiap orang yang lahir di muka bumi adalah titipan Tuhan. Oleh karena itu, dalam berinteraksi dengan Tuhannya bersifat langsung tanpa perantara.

 

 

*wanita trah Bonokeling

*seleman yaitu membungkus makanan/jajan pasar untuk didoakan dan dibawa ke makam Bonokeling

* para wanita trah Bonokeling didahulukan masuk ke makam

*Kadinporabudpar Banyumas beserta Staff dan Mbah Sumitro, salah satu sesepuh Bonokeling

Komentar