Aksimuda adalah kegiatan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda oleh para santri sebagai wujud apresiasi kontra terhadap penjajahan. Pertunjukan tarian ini menggunakan gerakan jurus pencak silat yang dikemas dengan iringan rebana serta nyanyian aatu lagu-lagu bernuansa Islami.
Aksimuda tumbuh dan berkembang di wilayah Banyumasan terutama di daerah kecamatan Kebasen hingga Wangon yang pada saat itu menjadi kantong-kantong para santri dan kyai dan basis pergerakan masyarakat Islam.
Setelah mengalami perkembangan jaman hingga kini, Aksimuda telah menjadi seni pertunjukan bagi masyarakat kabupaten Banyumas dan sekitarnya dengan gerakan yang variatif serta menampilkan lagu-lagu tradisional hingga bergenre modern untuk semua kalangan masyarakat.
ENGLISH:
Aksimuda Aksimuda is an activity carried out during the Dutch colonial period by santri as a form of counter-appreciation towards colonialism. This dance performance uses pencak silat moves which are packed with tambourine accompaniment and the singing of Islamic nuances.
Aksimuda grew and developed in the Banyumasan area, especially in Kebasen to Wangon sub-districts, which at that time became the bases of the santri and kyai and the base of the Islamic community movement.
After experiencing contemporary developments until now, Aksimuda has become a performing art for the people of Banyumas Regency and its surroundings with varied movements and traditional songs to modern genres for all people.